Untuk menggerakan badan saja dia harus dibantu orang tua, bahkan sekadar untuk miring ke kanan atau ke kiri tak mampu dia lakukan sendiri. Tubuhnya semakin kurus, karena nafsu makannya berkurang drastis, sementara perutnya makin membesar.
Arju diketahui menderita penyakit hepatoblastoma atau kelainan pada fungsi hati. Hal itu baru diketahui oleh orang tuanya pada bulan Februari lalu, saat Arju sering mengeluh kram perut. Sebenarnya, keluhan Arju sudah dirasakan sejak bulan Januari, namun saat diperiksakan ke dokter, namun hasilnya normal.
Baru pada Februari, saat sakit Arju semakin menjadi-jadi, dan dilakukan pemeriksaan lebih jauh dengan CT Scan, diketahui mengalami kelainan hati. Mengetahui anaknya menderita kelainan hati, sang ayah Muhamad Fuadi, 44, langsung shock.
Yang ada dipikirannya hanya bagaimana caranya supaya sang buah hati bisa mendapatkan perawatan medis yang memadai sehingga penyakit yang diderita bisa segera sembuh.
Namun, apa daya penghasilannya sebagai tukang tambal ban dan sang istri Mustaanah hanya berjualan sayur, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, sehingga tidak mampu untuk membiayai perawatan anaknya.
Muhamad Fuadi menuturkan, saat didiagnosa mengalami kelainan hati, sang anak masih tetap bisa beraktivitas, dan tetap bisa sekolah di SMP 1 Kaliwungu, Kabupaten Kendal.
Namun, belakangan nafsu makan Arju berkurang dan mengalami sakit saat makan dan disusul dengan perutnya yang semakin semakin membesar. Kondisi tersebut membuat berat badan Arju semakin kurus. Bahkan sekarang ini dia hanya bisa tergolek lemas tak berdaya, di atas tempat tidur terbuat dari kayu beralaskan kasus kapuk yang sudah mengeras dimakan usia.
Diceritakannya, menurut keterangan dokter untuk melakukan operasi dibutuhkan biaya yang sangat besar hingga ratusan juta rupiah. Tak hanya itu, juga dibutuhkan pendonor hati untuk anaknya.
Mendengar hal itu, Muhamad Fuadi hanya bisa pasrah. Dia hanya bisa memberikan perawatan di rumah dengan mengkonsumsi obat-obatan dari dokter. "Kami hanya mampu melakukan rawat jalan karena keterbatasan biaya," kata Muhamad Fuadi.
Dia mengaku, untuk memenuhi kebutuhan obat sang anak, dirinya sangat kesulitan. Meski sebagian besar obat sudah di tanggung oleh BPJS Kesehatan, namun ada obat yang tidak ditanggung dan harus dibeli sendiri dengan harga yang cukup mahal.
"Bulan lalu saja sudah habis Rp 2,4 juta untuk menebus obat diluar BPJS," tutur.
Pasrah juga ditunjukan oleh sang Ibuda, Mustaanah. Ia hanya bisa menangis ketika mendengar ritihan sang anak merasakan sakit pada perutnya. Yang bisa dilakukan saat sang anak merintih kesakitan hanya mengusap perutnya dengan harapan bisa meredakan rasa sakit, meski dia tahu yang dilakukan tidak akan memberikan efek apa-apa. Ucapan kalam Illahi tak henti-hentinya Mustaanah bisikan kepada sang anak ketika merintih kesakitan.
Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : http://ift.tt/2vbZPt8
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kelainan Hati, Perut Arju Makin Besar dan Fisiknya Kian Kurus"
Post a Comment