Search

KH Soleh Iskandar, Ulama Pejuang Pemimpin Laskar Rakyat Leuwiliang

KH Soleh Iskandar merupakan pahlawan Bogor yang telah memberikan sumbangsih tak ternilai selama hidupnya. Nama beliau diabadikan menjadi nama sebuah jalan yang lurus membentang menghubungkan Tol Lingkar Luar Bogor.

Semasa Hidupnya, KH Soleh Iskandar dikenal sebagai Tokoh Nasionalis dan Agamis. KH. Soleh Iskandar dipandang Tokoh Nasionalis berkat jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Beliau adalah salah satu tokoh dengan gelar Mayor yang bersama Panglima Besar Jendral Soedirman membentuk Tentara Nasional Indonesia (TNI) sesaat setelah kemerdekaan RI diakui oleh belanda pada tahun 1949.

Dimana sebelumnya badan pertahanan tersebut bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI) serta berbagai laskar-laskar lokal yang terbentuk guna bertahan dari serangan Belanda, seperti Laskar Cimanggu, Laskar Cibuluh, Laskar Rakyat 33, Laskar Rakyat Markas Perjuagan Rakyat Leuwiliang, Pasukan Ki Munding Leuweung dan Bambang Tutuka.

Ada pun pasukan di bawah kepemimpinan KH Soleh Iskandar berasal dari Markas Perjuangan Laskar Rakyat Leuwiliang, yang kemudian melebur bersama Hizbullah Leuwiliang.

Lalu mereorganisasi diri menjadi Batalyon I, Resimen Singadaru Biro Perjuangan Daerah XXXV Banten, dimana dalam bidang persenjataan sudah lebih dari yang dipersyaratkan untuk membentuk suatu Batalyon.

Saat itu persenjataan yang dimiliki adalah 1:2, artinya setiap dua orang pasukan mempunyai satu senjata. Sementara syarat pembentukan satu Balyon TNI adalah memiliki senjata 1:5.

Dengan begitu, setelah sang proklamator Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Militerisasi Badan-Badan Perjuangan pada Mei 1947, yang menetapkan seluruh Badan Perjuangan mesti melebur atau bergabung (fusi) dengan TRI, Batalyon I Singadaru diterima dengan formasi utuh atau tanpa perombakan personel.

Namun hanya ditambah satu perwira penghubung, Letnan I Hasan Slamet (Gubernur maluku 1976-1987). Satuan ini kemudian dinamai Batalyon VI Tirtayasa, Siliwangi.

Persenjataan yang dimiliki Batalyon di bawah pimpinan KH Soleh Iskandar sangat mencukupi, hal itu bisa didapat dengan cara yang tidak mudah.

Pertama para pejuang membeli senjata bekas tentara Jepang yang telah dirusak (dibakar, dilindas mesin giling dan dibuang di danau (danau Lido Sukabumi, tempat pembuangan senjata Jepang).

Kedua bekerja sama dengan tokoh masyarakat dengan berunding dengan tentara Jepang untuk menyerahkan persenjataan beserta pelurunya untuk di serahkan kepada Indonesia.

Ketiga mencuri senjata pasukan Inggris (termasuk Inggris-India) serta senjata pasukan Jepang. Senjata yang saat itu banyak beredar adalah Lee Enfield buatan Inggris, serta buatan Jepang (Garand, Mauser, Arisaka).

Let's block ads! (Why?)



Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : http://ift.tt/2zOAreS

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "KH Soleh Iskandar, Ulama Pejuang Pemimpin Laskar Rakyat Leuwiliang"

Post a Comment

Powered by Blogger.