loading...
Perempuan Aceh memang dikenal tangguh dan pemberani. Sederet nama seperti Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Pocut Baren dan pejuang wanita lainnya dikenal tak punya rasa takut di medan perang.
Seperti Cut Nyak Meutia (1870-1910), pahlawan wanita Aceh yang memilih bergerilya melawan Belanda hingga akhirnya diterjang tiga peluru di tubuhnya. Meski gugur diterjang peluru, perjuangan Cut Meutia hingga kini dikenang dan namanya diabadikan sebagai salah satu pahlawan nasional.
Perjuangan Cut Meutia melawan Belanda telah banyak diceritakan di buku-buku biografi dan catatan pahlawan nasional. Di mana taktik gerilya di hutan belantara dilakukannya bersama pasukan muslim berhasil memporak-porandakan pasukan Belanda.
Seperti dikutip dari Atjehcyber sebagaiman dipublish di statusaceh.net, sejarah perjuangan Cut Meutia diceritakan secara lengkap. Namun, Cerita Pagi kali ini akan menyajikan perjuangan gerilya Cut Meutia saat melawan penjajahan Belanda.
Cut Meutia lahir di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, pada tahun 1870, anak dari hasil perkawinan antara Teuku Ben Daud Pirak dengan Cut Jah. Dalam perkawinan tersebut mereka dikaruniai 5 anak. Cut Meutia merupakan puteri satu-satunya di dalam keluarga tersebut, sedangkan keempat saudaranya adalah laki-laki.
Saudara tertua bernama Cut Beurahim, Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasen dan Teuku Muhammad Ali. Ayahnya adalah seorang Uleebalang di desa Pirak yang berada dalam daerah Keuleebalangan Keureutoe.
Pemberian nama yang indah dengan Meutia yang berarti mutiara. Bukan saja karena paras wajahnya yang cantik, tetapi bentuk tubuh yang indah menyertainya. Pengakuan keindahan rupa Cut Meutia pernah ditulis dan diabadikan seorang penulis Belanda. (HC. Zentgraaff, 1983: 151)
Sebagaimana kebiasaan di Aceh, sejak kecil Meutia telah diberikan pendidikan Islam. Ia diajarkan bagaimana menghidupkan amar ma’ruf nahi munkar. Islam benci terhadap kemungkaran dan penindasan dan tidak senang terhadap siapa saja yang mengganggu Islam dan bangsanya.
Setelah dewasa, Meutia dinikahkan orang tuanya dengan Teuku Syamsarif bergelar Teuku Chik Bintara. Namun, karena mempunyai watak lemah dan sikapnya yang cenderung bersahabat dengan kompeni membuat Cut Meutia tidak nyaman mendampingi Teuku Chik Bintara.
Akhirnya perkawinan mereka tidak bertahan lama. Cut Meutia kemudian menikah dengan adik Syamsarif sendiri yaitu Teuku Chik Muhammad atau dikenal dengan Teuku Chik Tunong. Pria yang begitu dicintainya.
Awal perjuangan Meutia dimulai pada 1901 dengan basis perjuangan di daerah Pasai atau Krueng Pasai (Aceh Utara sekarang) di bawah komando perang Teuku Chik Tunong (suaminya sendiri). Cut Meutia bukan saja sebagai ibu rumah tangga, tapi juga pengatur strategi pertempuran sehingga taktiknya kerap memporak-porandakan pasukan Belanda.
Perang melawan Belanda pun pecah pada tahun 1901. Pasukan Belanda yang mempunyai persenjataan lebih lengkap memaksa pasukan pejuang Aceh yang dipimpin suami istri itu melakukan taktik perang gerilya. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Di lain waktu, mereka juga menyerang langsung ke markas pasukan Belanda di Idie.
Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : https://ift.tt/2GO6QGq
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cut Meutia, Perempuan Aceh yang Ditakuti Pasukan Belanda"
Post a Comment