Search

Jejak Ulama dan Pejuang Islam yang Dibuang di Tanah Tondano

Sejumlah tokoh ulama dan pejuang Islam saat melawan kompeni Belanda pada abad ke 18 ternyata banyak dibuang di wilayah Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara yang notabene banyak dihuni non muslim. Diantara para ulama dan pejuang yang terkenal tersebut adalah Kiai Modjo dan Tuanku Imam Bonjol. Kiai Modjo adalah salah satu guru spritual dan panglima perang Pangeran Diponegoro.

Kiai Modjo lahir sekitar tahun 1792 dan kemudian menjadi guru agama Pajang dekat Delanggu, Surakarta. Nama sebenarnya adalah Muslim Mochammad Khalifah.

Ayah Kiai Modjo bernama Iman Abdul Arif, yang merupakan seorang ulama dusun tersebut berada dekat Pajang dan merupakan tanah pemberian (perdikan/swatantra) Raja Surakarta kepada beliau. Menurut suatu sumber Iman Abdul Ngarip memiliki alur keturunan dari Kerajaan Pajang. Sedangkan ibu Kiai Modjo adalah saudara perempuan HB III, dengan demikian hubungan Kiai Modjo adalah kemenakan Pangeran Diponegoro karena ibu Kiai Modjo (RA Mursilah bersepupu dengan Pangeran Diponegoro).

Meskipun ibunya seorang ningrat keraton, Kiai Modjo dibesarkan di luar keraton. Setelah menunaikan ibadah haji ke Mekkah dan menetap di sana selama beberapa waktu Kiai Modjo kemudian memimpin satu pesantren di negeri Modjo.

Kiai Modjo menikah dengan RA Mangubumi janda cerai dari Pangeran Mangkubumi – paman Pangeran Diponegoro dan karena perkawinan ini Pangeran Diponegoro memanggil Kiai Modjo dengan sebutan “paman”. Meskipun dari garis ayah Kiai modjo adalah “kemenakan” Pangeran Diponegoro.

Kiai Modjo mempelajari agama Islam dengan berguru kepada Kiai Syarifudin di Gading Santren Klaten. Setelah dewasa, dia berguru kepada seorang kiai di Ponorogo. Disinilah Kiai Mojo mendapatkan pengajaran tentang ilmu kanuragan.

Sejak saat itulah dia terkenal akan kesaktiannya, di samping terkenal akan pendidikan agama dan pesantrennya. Dia pun termasuk salah seorang kepercayaan Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono VIPB VI).

Sepeninggal ayahnya, Kiai Modjo melanjutkan tugas ayahnya sebagai guru agama di (pesantren) Modjo sehingga membuat Pangeran Diponegoro memilih Kiai Modjo sebagai penasehat agamanya sekaligus panglima perangnya saat melawan Belanda.
 
Setelah ditangkap oleh Belanda pada 17 November 1828 di Dusun Kembang Arum, Jawa Tengah, Kiai Modjo dibawa ke Batavia dan selanjutnya diasingkan ke Tondano – Minahasa  hingga wafat di sana pada 20 Desember 1849 dalam usia 57 tahun.

Ikut bersama dia dalam pengasingan di Tondano adalah satu putranya (Gazaly), lima orang kerabat dekat serta lebih dari 50 orang pengikut lainnya yang semuanya laki-laki.  

Kecuali Kiai Modjo, hampir semua pengikutnya menikah dengan wanita Tondano (Tombokan, Walalangi, Tumbelaka, Rumbayan, dan lain-lain) dan dari perkawinan ini lahir beberapa keluarga yang dewasa ini dikenal dengan nama keluarga (marga atau fam) antara lain “Pulukadang”, “Modjo”, “Baderan”, “Zess”, “Kyai Demak”, “Suratinoyo”, “Nurhamidin”, “Djoyosuroto”, “Sutaruno”, “Kiai Marjo”, dan lain-lain.

Di Tondano beliau menyalurkan ilmu kesaktiannya (yang dipelajarinya di Ponorogo) kepada pengikutnya dalam bentuk ilmu bela diri dan kemudian menjadi cikal bakal pencak silat.

Makam Kiai Modjo terletak di sebuah bukit di Kampung Jawa Tondano. Disamping makamnya, terdapat juga makam dari para pengikutnya yang kini menjadi salah satu obyek tujuan wisata di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
 
Setelah Kiai Modjo juga diasingkan Kiai Hasan Maulani asal Lengkong Cirebon guru sekaligus pendiri tarekat Akmaliyah di Cirebon. Banyaknya pengikut tarekat Akmaliyah menakutkan penguasa saat itu karena perlawanannya terhadap Belanda. Hal ini mendorong Belanda untuk menangkap dan membuang Kiai Hasan Maulani ke Tondano pada 1846.

Setelah itu Pahlawan Nasional asal Sumbar yaitu Tuanku Imam Bonjol juga dibuang ke Tanah Minahasa.

Let's block ads! (Why?)



Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : http://ift.tt/2CGVin3

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Jejak Ulama dan Pejuang Islam yang Dibuang di Tanah Tondano"

Post a Comment

Powered by Blogger.