Jejak sejarah eksplorasi minyak di Bumi Mustika –semboyan Kabupaten Blora- ditandai dengan dibangunnya Monumen Kilometer 0 Cepu Pertamina. Tulisan besar berbunyi "Kilometer 0 Cepu Pertamina" itu dibangun tepat di depan kantor Pertamina EP Asset 4 Field Cepu.
Berbeda dengan lazimnya di sejumlah kota, monumen yang berada di Jalan Gajah Mada, Karangboyo, Cepu, Kabupaten Blora, bukanlah penanda titik awal wilayah Cepu. Dengan tulisan tersebut menjadi pengingat bagi masyarakat jika sejarah perminyakan itu berasal dari Cepu.
Seperti namanya, Monumen Kilometer 0 Cepu Pertamina ini memang dibangun oleh Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, untuk mengingatkan sejarah perminyakan di Cepu. Karena itu pula, Pertamina EP Aset 4 akan melengkapi Monumen Kilometer 0 dengan monumen Pompa Unit karena arti tersendiri bagi pergerakan bisnis Pertamina.
Selain itu, Pompa Unit ini bisa dijadikan wahana edukasi bagi masyarakat agar mengetahui tahu proses pengangkatan minyak bumi menuju penampungan menggunakan unit pompa ini. Monumen Kilometer 0 Cepu Pertamina juga memberikan pesan untuk senantiasa mengawali hidup ini, untuk terus belajar dan hidup benar.
Minyak di Cepu pertama kali ditemukan oleh seorang insinyur asal Belanda bernama Andrian Stoop. Dia menemukan sumur minyak bumi bermula dari Desa Ledok, Kecamatan Sambong atau sekitar 10 km dari Cepu.
Ketika itu pada Januari 1893, Andrian Stoop mengadakan perjalanan dari Ngawi menuju Ngareng, Cepu (Plunturan=Panolan) yang merupakan kota kecil di tepi Bengawan Solo, di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sumur Ledok 1 di bor pada Juli 1893 yang merupakan sumur pertama di Cepu.
Andrian Stoop sudah mengadakan penelitian minyak bumi di Jawa dan mendirikan De Dordtsche Petroleum Maatschappij (DPM) pada 1887. Dia sudah melakukan pengeboran pertama di Surabaya dan pada 1890 mendirikan penyaringan minyak di daerah Wonokromo.
Cepu adalah sentral pengeboran sumur minyak pertama yang ada di Indonesia dan peresmian pada 28 Mei 1893 atas nama AB Versteegh. Dia tidak mengusahakan sendiri sumber minyak tersebut tetapi mengontrakan kepala perusahaan yang kuat pada masa itu, yaitu DPM dari Surabaya yang secara sah baru dimulai pada 1889.
Kontrak berlangsung selama 3 tahun dan baru sah menjadi milik DPM pada 1899. Kilang minyak Cepu merupakan ketiga tertua di antara sejumlah kilang peninggalan Belanda yang tersebar di Indonesia.
Kilang Cepu ditopang 6 lapangan minyak, di antaranya Lapangan Kawengan, Nglondo, Ledok, Semanggi, Tapen, dan Tambakrejo.
DPM mengolah minyak mentah dari lapangan Blapangan sekitar Cepu dengan menggunakan proses destilasi atmosfer. Kemudian pada 1911 Kilang Cepu ini dibeli oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), anak perusahaan The Royal Dutch Shell atau De Koninklijke Shell.
Diketahui De Koninklijke Shell merupakan gabungan perusahaan antara De Koninklijke dan Shell yang melebur pada 24 Februari 1907. De Koninklijke atau The Royal Dutch dibentuk setelah ditemukannya sumber minyak pertama di Indonesia, yaitu di Pangkalan Berandan pada 5 Juni 1885.
Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : http://ift.tt/2vUyjwo
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kilometer 0 Cepu Pertamina, Penanda Sejarah Eksplorasi Minyak di Bumi Mustika"
Post a Comment