Ang Iing mengatakan, Cirebon adalah salah satu penghasil garam yang besar di Indonesia. Namun banyak yang belum menyadarinya sehingga kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Dengan blasak-blusuk Ekonomi Rakyat dalam rangka Mewujudkan Desa Ekonomi ini merupakan jalan terbaik untuk memajukan Cirebon dan menyejahterakan masyarakat Cirebon
“Garam merupakan kebutuhan sehari-hari manusia sehingga akan terus dibutuhkan. Namun kenyataannya Indonesia masih menjadi importir garam. Hal itu tentu menghabiskan devisa negara. Untuk itu Kabupaten Cirebon bertekad untuk berkontribusi lebih optimal dalam masalah garam,” katanya dalam rilis yang diterima SINDOnews.
Ang ling menjelaskan, ada beberapa langkah yang bisa ditempuh pemerintah daerah untuk petani garam. Pertama, meningkatkan produksi garam. Kedua, menaikkan pendapatan petani garam. Ketiga, menguatkan nilai tambah produk petani garam melalui berbagai bantuan yang bisa diberikan. Keempat, memberikan keterampilan lain kepada petani garam agar bisa memiliki pendapatan di saat musim hujan.
“Petani garam mengeluhkan harga yang tidak stabil dan penentuan standar kualitas yang tidak menguntungkan mereka. Harga bisa jatuh ke Rp300 per kg, namun sering Rp600 per kg. Saat ini harga sedang bagus karena bisa di atas Rp2.500 per kg. Namun produksi garam sangat rendah karena cuaca yang tidak mendukung,” katanya.
Petani garam mengaku hanya bisa berproduksi 3-4 bulan dalam satu tahun sehingga harus memiliki pendapatan di bulan-bulan lainnya. Untuk itu mereka sangat membutuhkan pertolongan dari pemerintah agar garam di gudang tak dilepas dengan harga murah akibat tak punya uang.
(wib)
Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : http://ift.tt/2uvtayq
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Desa Ekonomi Jalan Kemajuan dan Kemakmuran Cirebon"
Post a Comment