Hal itu dikatakan Gubernur Kalimantan Barat yang juga Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Cornelis saat pembukaan KDI 1 di Rumah Radakng, Pontianak, Rabu (26/7/2017).
Hadir dalam pembukaan Kongres tersebut Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, Perwakilan se Kalimantan, Borneo Dayak Forum, Utusan dari Australia, New Zealand, Filiphina, Indian, Bupati dan Wali Kota se-Kalimantan.
Cornelis mengatakan, saat ini boleh dikatakan abad digital, kalau kita ketinggalan dunia yang begitu dinamis maka kita akan ketinggalan zaman, tapi kita jangan menyalahkan orang. "Intinya kita itu intropeksi dirilah, lalu merencanakan apa yang kita akan buat kedepan," ujar Cornelis,
Dalam pembukaan tampil para seniman/seniwati muda Kalimantan Barat (Kalbar) membawakan seni drama tari massal karya Gabriel Armando berjudul Dayak Bersatu, yang mendapat sambutan meriah pada pembukaan acara yang dihadiri Sub suku Dayak di seluruh dunia itu.
Kongres Dayak International yang pertama ini mengusung tema Merajut Benang-Benang Peradaban Dayak Dalam Struktur Zaman Yang Dinamis, dengan sub tema Penguatan Peranan Bangsa Dayak Menuju Epicentrum Pembangunan Sosial dan Budaya, Ekonomi, Bisnis, Keuangan, dan Politik.
Selain itu Cornelis menuturkan dalam Kongres Dayak ini juga merupakan suatu momentum dimana pembuktian masyarakat Dayak yang saat ini masih sering dianggap primitif.
Sementara posisi tawarnya sangat tinggi. Namun sebelumnya masyarakat Dayak di Kalimantan sudah dipecah-belah oleh orang lain. Bahkan dibagi-bagi secara administrasi.
Sehingga melalui kongres ini masyarakat Dayak tidak lagi menjadi penonton tetapi harus punya kemampuan untuk mengelola sumber daya alam Kalimantan yang melimpah.
”Masa kami dayak tinggal dipulau yang kaya raya yang begitu besar tapi miskin, masih dianggap primitif itu apasih salahnya. Masih dianggap pengganggu, ini yang imej negatif, kita mau buktikan kepada dunia bahwa kami ini punya peranan penting untuk kemajuan negara,” tegasnya.
Selanjutnya, Cornelis menilai di dalam Kongres Dayak juga ada kaitannya dengan perubahan iklim Kalimantan.
Sudah diakui dunia bahwa pulau Kalimantan merupakan paru-paru dunia, sehingga SDM harus terlatih dan mulai dari sekarang perlu dibangun dan dibina, karena bila hutan di Kalimantan hancur maka 4-5 pulau akan tenggelam.
"Resikonya bukan main-main, panas bumi bisa 33°C di Kutub Utara dan Selatan bisa cair, pulau di Indonesia ini bisa hilang lima, ancaman juga bagi Negara lain di Kalimantan. Makanya kita minta, agar mereka tahu peranan masyarakat Dayak itu bukan masalah sepele tapi bagaimana dunia ini kedepan, oleh karena itu perlu penyadaran, kesejahteraan dan kesetaraan SDM,” ungkap Cornelis.
Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : http://ift.tt/2tJENlO
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cornelis: Membangun SDM Dayak Tidak Mudah"
Post a Comment