Salah satu karya Tamar Djaja. Foto/Istimewa
Tamar Djaja, sosok yang tidak asing dalam dunia sastra maupun aktivitas pergerakan. Tamar Djaja terlahir dengan nama Tamburrasyid Tamar Djaja. Dia lahir tanggal 12 Maret 1913 di Sungai Jaring, Bukittinggi, Sumatera Barat. Tamar Djaja lahir pada masa arus gerakan modernisasi Islam mempunyai pengaruh besar terhadap pribadinya.
Dalam konteks l'histoire des mentalité (sejarah kesadaran), menurut pemerhati sejarah Sumatera Barat Fikrul Hanif Sufyan, periode kelahiran Tamar Djaja ini sangat menentukan. Sementara, menjadi anggota gagasan gerakan pemurnian agama tersebut, lanjut Fikrul Hanif, telah menyebabkan seseorang merasa telah berada di dalam sebuah jaringan persekutuan suci berskala kosmopolitan. Pada tingkat domestik, anggota-anggota tersebut harus berhadapan dengan colonial state (negara kolonial).
Setelah tamat dari pendidikan dasar, Sekolah Rakyat (SR), Tamar Djaja melanjutkan studinya di pusat-pusat pendidikan Islam yang telah disebut Taufik Abdullah: Sumatera Thawalib Padang Panjang, di bawah asuhan Haji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul), Abdul Hamid Hakim, dan lainnya.
Dalam studinya ini, Tamar Djaja berkenalan lebih jauh dengan gagasan-gagasan reformasi Islam melalui buku-buku karya tajdid Muhammad bin Abdul Wahab, Muhammad Abduh, Sayyid Rashid Ridha, Jamaluddin al-Afghani dan Sayyid Quthb, serta Syekh Akhmad Khatib. Dan tentu saja, bersamaan dengan itu, Tamar Djaja juga membaca karya-karya gurunya pada tingkat domestik seperti Haji Rasul dan Abdullah Ahmad.
Menurut Fikrul Hanif, Tamar Djaja secara intelektual menemui kematangannya saat berkesempatan untuk menginstitusionalisasikan gagasan-gagasan itu di dalam sebuah organisasi. Pada tahun 1930, Tamar Djaja aktif di Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI), salah satu partai lokal yang sudah berbasis Islam dan kebangsaan.
Pola hidup berorganisasi (secara modern) yang dibawa PERMI mendorong 'acuan kehidupan baru' secara massif yang cocok dengan kehidupan kampus Thawalib Padang Panjang, yang dahulu bergesekan dengan komunismenya Haji Datuk Batuah.
Aktivitasnya di PERMI tidak saja menggemblengnya dalam berorganisasi, berpolitik, namun juga mengasah kemampuannya dalam dunia jurnalistik. Hal ini terbukti semasa aktif di PERMI, Tamar Djaja menjabat sebagai Pimpinan Redaksi Keris.
Menurut H.A.J. Klooster, dalam beberapa tulisannya di media massa, pada tahun akhir tahun 1939 dan pasca-Kemerdekaan, Tamar Djaja juga menggunakan nama samaran dari St. (Sutan) Rais Alamsjah.
Menurut catatan William Bradley Horton (2009), melalui penerbit Penjiaran Ilmu yang didirikannya tahun 1939, Tamar Djaja bertindak sebagai kepala editor yang menyunting tulisan Roman Pergaoelan.
dibaca 127x
Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : http://ift.tt/2itIyVQ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tamar Djaja, Aktivis Pergerakan dan Sastrawan Minangkabau"
Post a Comment