Search

Kisah Kiai Gede, Penyebar Islam di Tanah Kotawaringin yang Melegenda

loading...

Kiai Gede atau Abdul Qadir Assegaf merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam di Kabupaten Kotawaringin Barat yang kharismanya setara Syekh Arsyad Al Banjary atau Datuk Kalampayan di Kalsel.
Konon nama Kiai Gede disandang Abdul Qadir Assegaf karena ukuran tubuhnya yang sangat besar.

Itulah, karena ukuran tubuhnya yang tinggi besar, masyarakat percaya kalau Masjid Djami Kotawaringin yang hingga kini masih berdiri kokoh, adalah buah adi karya Kiai Gede.

"Masjid Djami berdasar cerita dibangun Kiai Gede di pedalaman, kemudian dibawanya langsung sendiri ke Kotawaringin," kata Abdullah Sani salah satu warga setempat yang juga mengurusi arela pemakaman Kiai Gede.

Makamnya yang terletak tidak jauh dari Kompleks Astana Al Noorsari, nampak tak berbeda dari kubah lainnya. Namun begitu memasuki ruangan, langsung membuat terkesima.

Bagaimana tidak, antara dua makam yang terdapat di dalam kubah, ada perbedaan yang sangat mencolok menyangkut ukuran. Jika yang satunya berukuran normal, lainnya memiliki panjang hampir tiga meter. Dan makam berukuran lebih panjang inilah tempat persemayaman terakhir Kiai Gede, tokoh penyebar agama Islam di Kotawaringin.

"Kuburannya sangat panjang, tidak seperti orang pada umumnya, sekitar 3 meteran. Sedang kubur yang satunya adalah makam salah seorang pengikut setianya," ujar pengurus kubah, Abdul Sani.

Berdasarkan cerita, posisi tubuh Kiai Gede saat dimasukkan dalam liang lahat, harus dilipat sampai tiga kali agar muat. Bahkan seperti penuturan Ahmad Yusuf (60) pemelihara Astana Al Noorsari, jarak antara kedua puting susu Kiai Gede tidak kurang dari tujuh kilan atau setara 1,5 meter.

Walau kini telah lama tiada, pengaruhnya dalam kehidupan, sangat dirasakan masyarakat setempat.  
Terbukti 90% lebih penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat beragama Islam dengan tradisi  yang kental.

Berdasarkan catatan sejarah, semasa pemerintahan Raja Kotawaringin pertama Pangeran Adipati Anta Kasuma, Kiai Gede menduduki jabatan sebagai Mangkubumi kerajaan.

Ada dua versi mengenai asal mula Kiai Gede, versi pertama persis seperti yang dipercaya masyarakat umum dan disampaikan Abdullah Sani bahwa Kiai Gede berasal dari Demak dan masuk ke Kotawaringin tahun 1595. Versi lainnya, tokoh ini murni penduduk asli Kotawaringin, bukannya berasal dari Demak.

Berdasar catatan sejarahnya, Abdullah Sani memaparkan kalau Kiai Gede adalah ulama yang berasal dari Demak. Namun karena sikap membangkangnya, akhirnya diusir dan dibuang dari kerajaan. Oleh Raja Demak ketika itu, Kiai Gede beserta pengikutnya dilarang melakukan peperangan pada hari Jumat.

Namun perintah raja ini malah tak diindahkan. Ketika melakukan peperangan, pasukannya kalah. Akhirnya dia harus menanggung konsekuensinya, di buang jauh dari kerajaan dan akhirnya terdampar di Kerajaan Banjar setelah sebelumnya sempat melalui Gresik.

Pada masa itu, Kerajaan Banjar dibawah kekuasaan Pangeran Suriansyah yang sebelum masuk Islam bergelar Pangeran Suryanata. Oleh Pangeran Suriansyah, Kiai Gede dengan didampingi khatib Dayan diutus untuk menyebarkan Islam ke Kotawaringin Barat, pada tahun 1595 M.

Let's block ads! (Why?)



Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : https://ift.tt/2qaIuMG

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Kisah Kiai Gede, Penyebar Islam di Tanah Kotawaringin yang Melegenda"

Post a Comment

Powered by Blogger.