loading...
Gerakan-gerakan sosial yang terjadi sejak tahun 1910 sampai tahun 1916 mempunyai ciri antara lain, bersifat lokal, tidak terorganisir, dan berumur singkat.
Misalnya pada tahun 1910 perlawanan-perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda dimulai di Sarolangun dan Muara Tembesi. Di dusun Sungai Dingin, distrik Datuk Nan Betigo seorang pemuda bernama Alam Bidar yang menyebut dirinya sebagai Imam Mahdi dan menyerukan supaya penduduk daerah itu tidak membayar pajak dan memenuhi panggilan heerendiensten.
Pemerintah kolonial yang mendapat berita mengenai Alam Bidar ini segera memerintahkan demang dan sepasukan polisi untuk mengadakan penyelidikan dan penangkapan. Alam Bidar dan pengikutnya mengadakan perlawanan dan akhirnya Alam Bidar beserta dua orang pengikutnya terbunuh.
Pada tahun 1914 di Bangko terjadi pula gerakan anti kafir yang dipimpin oleh kedemang Ali. Kedemang Ali dan pengikutnya merencanakan pembunuhan terhadap kontrolir Bangko. Tetapi rencana ini diketahui dan 39 anggota gerakan itu ditangkap. Kedemang Ali sendiri dapat meloloskan diri tetapi akhirnya pada tahun 1914 Ali terbunuh oleh pasukan militer Belanda.
Perlawanan rakyat Jambi yang cukup dominan terjadi ketika ketidak puasan rakyat mendapat sambutan dari Sarekat Islam. Cabang dari oganisasi Sarekat Islam didirikan di Jambi pada bulan Mei 1914 oleh Raden Gunawan (ketua Sarekat Islam Jawa Barat dan termasuk Sumatera Selatan).
Seperti di daerah lain di Indonesia, anggota Sarekat Islam yang mula-mula adalah mereka dari golongan menengah yang terdiri dari pegawai dan pedagang. Dalam waktu kurang dari 3 bulan Sarekat Islam di Jambi telah berhasil menarik anggota lebih dari 2.000 orang.
Akan tetapi pada bulan Juli 1914 Residen Jambi memerintahkan supaya penerimaan anggota dibekukan sementara karena menurut pemerintah telah berakibat buruk, antara lain peristiwa kedemang Ali di Bangko.
Pada waktu perintah pembekuan dikeluarkan masih banyak calon anggota dari pedalaman yang masih menunggu untuk diambil sumpahnya. Mereka ini kemudian berusaha menjadi anggota Sarekat Islam di Rawas (Palembang) yang didirikan pada bulan Juni 1914 oleh Raden Gunawan.
Usaha mereka menemui kesulitan karena pada waktu itu perjalanan ke luar distrik memerlukan izin dari pemerintah kolonial Belanda. Walau pun demikian penduduk Sarolangun dan Muara Tembesi secara diam-diam pergi ke Rawas untuk mendaftarkan diri, sehingga pada bulan Agustus 1915 dikabarkan bahwa hampir seluruh penduduk Lubuk Resam dan Tiga Dusun telah menjadi anggota Sarekat Islam.
Sarekat Islam di Rawas ini berlainan dengan Sarekat Islam yang berdiri di Jambi yang merupakan organisasi kelas menengah yang bergerak dalam usaha memperbaiki kondisi sosial ekonomi golongan bumiputera.
Sebaliknya Sarekat Islam di Rawas yang berada di pedalaman merupakan organisasi rakyat yang radikal dan lebih dikenal sebagai Sarekat Abang. Organisasi ini tidak mengembangkan struktur organisasi seperti Sarekat Islam.
Sarekat Abang memulai gerakannya di Muara Tembesi pada tanggal 26 Agustus 1916 dipimpin oleh Duahid bin Dualip, seorang penyadap karet. Duahid ini sesungguhnya adalah seorang hukuman yang melarikan diri dengan terjun dari kapal yang akan membawanya ke Batavia.
Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : https://ift.tt/2Gn7r2u
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Berbagai Perlawanan Rakyat Jambi terhadap Penjajahan Belanda"
Post a Comment