Ruang kreativitas untuk warga kampung, yang diberikan seluas-luasnya oleh Pemkot Malang. Mampu menjadi pondasi perbaikan kampung menjadi lebih baik, dan mampu membuat kampung yang dahulunya kumuh, kini menjadi tujuan wisata.
Wisata kampung yang tumbuh dari kreativitas warga dan gotong royong tersebut di antaranya adalah Kampung Glentung Go Green (3G); Kampung Warna-warni (KWW) Jodipan; Kampung Tiga Dimensi (Tridi) Kesatrian; dan Kampung Desaku Menanti.
Wali Kota Malang M. Anton menyebutkan, saat ini kampung tematik yang ada di Kota Malang sebanyak 66 kampung. "Kampung-kampung tematik ini sangat potensial dijadikan tempat tujuan wisata, yang memiliki manfaat ekonomis untuk masyarakatnya. Pengembangan kampung tematik, juga menjadi bagian dari sinergi Pemkot Malang, dengan masyarakat secara langsung," tegasnya.
Membangun kampung tematik ini juga mampu memberikan penyadaran terhadap masyarakat untuk terus menjaga kebersihan lingkungannya. Hadirnya pengunjung ke dalam kampung untuk berwisata, tentunya juga menginginkan adanya tempat yang bersih dan sehat.
Tata kelola, kreativitas, dan semangat warga kampung dalam menciptakan lingkungan lestari di tengah perkotaan yang padat mulai menampakkan hasilnya. Bahkan, Gerakan Menabung Air di Kampung 3G, diakui dunia internasional dengan masuk nominasi 15 besar di ajang Guangzhou International Award for Urban Innovation.
Menurut Anton, kreativitas Kampung 3G ini membuat Kota Malang, mampu bersanding dengan kota-kota maju seperti Brussel di Belgia, Kopenhagen di Denmark, dan Boston, di Amerika Serikat, yang juga lolos ke babak final.
Pencapaian ini buah kerja keras masyarakat RW 23, Kelurahan Purwantoro, dan seluruh pihak yang terlibat. "Harapannya, akan terus menjadi motivasi bagi kampung-kampung lainnya untuk terus berinovasi," imbuhnya.
Kondusifnya kota juga berdampak terhadap investasi yang masuk ke kota pendidikan ini. indeks investasi Kota Malang, mencapai sebesar 77,32. Angka ini, berada di atas indeks nasional 73,55.
Prestasi yang diraih saat ini, pastinya tidak begitu saja didapatkan dengan mudah. Tentunya, ada kerja keras dan proses untuk mencapainya. Bahkan, sebelumnya kota yang dibangun pada masa kolonial Belanda, sebagai kota taman ini sempat terpuruk akibat hilangnya ruang terbuka hijau, berganti dengan ruko, dan pusat perbelanjaan modern.
Pemkot Malang, tidak ingin keelokan sebagai kota taman tersebut memudar. Melalui kebijakan yang diambil Anton, akhirnya taman-taman kota mulai dibenahi dan dibangun kembali, dengan memanfaatkan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Taman-taman kota yang mulai hidup kembali di antaranya Taman Trunojoyo, Taman Merbabu, Taman Kunang-kunang, Taman Mojolangu, Taman Merjosari, Taman Malabar, Alun-alun Merdeka, dan masih banyak taman lainnya, lengkap dengan fasilitas publiknya yang nyaman.
Taman-taman kota yang dihadirkan kembali bukan sekadar bernilai estetis. Tetapi, juga menjadi hidup, karena taman-taman kota tidak sekadar bisa dipandang keindahannya, tetapi bisa dimanfaatkan untuk kegiatan warganya.
Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : http://ift.tt/2wWq9Fa
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Membangun Kampung Menuju Pentas Dunia"
Post a Comment