Search

Hadapi MEA dengan Mencetak Komunitas Masyarakat Berbahasa Inggris

Kelompok peserta mengikuti program English Massive di Kelurahan Ngronggo, Kecamatan/Kota Kediri. Kelompok Tambah Pintar ini terbagi atas usia anak anak, remaja dan dewasa. Foto/KORAN SINDO JATIM/Solichan Arif

KEDIRI - English Massive (Emas) yang lebih kurang bertafsir memasyarakatkan bahasa Inggris menjadi  program inovasi Pemerintah Kota Kediri dalam menyambut MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Saat daerah lain sibuk membenahi produk ekonomi unggulan, Pemkot Kediri justru memilih menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pemkot mendekatkan bahasa Inggris sebagai skill berbicara kepada seluruh lapisan masyarakat Kota Kediri. Sebab dalam hubungan antar bangsa antar negara (MEA), kepiawaian berkomunikasi (bahasa) menjadi kunci.

Sejak Rabu sore lalu, hujan mengguyur rata Kota Kediri. Bahkan, air yang tercurah semakin deras tak henti-henti. Namun, orang-orang dengan usia berbeda satu sama lain itu tidak juga beranjak dari beranda.

Ada delapan orang. Paling tua berusia lebih dari 40 tahun. Mereka duduk di kursi masing-masing dengan pola posisi setengah melingkar. Beberapa di antaranya memegang alat musik. Seperangkat gamelan dan dua buah gitar akustik. Serius tapi santai, riang penuh keakraban. Gayeng. 

Itulah suasana latihan salah satu kelompok peserta program English Massive yang berlokasi di Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota Kediri. Sebuah  program pendidikan bahasa Inggris gratis dari pemerintah daerah untuk masyarakat Kota Kediri.

Malam itu jadwal mereka berlatih. Ya, dua kali dalam seminggu dengan durasi satu setengah jam sekali bertemu. Seperti biasa, latihan berlangsung di rumah Heru Sugiarto, warga setempat yang juga merelakan sisi rumahnya untuk kegiatan belajar mengajar lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 

Di bagian belakang rumah ada beberapa ruang. Pagi hari untuk kelas siswa PAUD dan malam hari untuk kelompok English Massive. Malam itu, Rino salah satu peserta English Massive kebagian memainkan gitar. Petikan senar gitar bolong guru pelajaran seni itu memecah keheningan malam. Kord intro lagu "jaranan" atau "jaran teji" dengan aransemen yang berbeda dari aslinya.

Saat memasuki "prolog" lagu, lagi-lagi Rino juga melantunkan lirik dalam bahasa yang berbeda. Apalagi kalau bukan bahasa Inggris. "Semuanya kita gubah sendiri sekaligus kita inggriskan," tutur Rino sembari tersenyum.

Dalam lagu jaranan ada bait Ngronggo Village, Kediri City. Kemudian East Java, Indonesia. Reffrain sekaligus penutup lagu melantunkan lirik We Are Good, We Are Bright, We Are The Next Winner, ser ser Tambah Pinter. Mulai suara tunggal, sahut-sahutan hingga koor bersamaan.

Beberapa kali ada debat kecil soal pengucapan. Sebab memang masih ada beberapa potong kalimat Inggris yang terlontar ala bahasa Indonesia. "Tambah Pinter itu nama kelompok English Massive di Ngronggo ini," terang Rino. 

Kelompok Tambah Pinter memiliki 170 peserta didik, terdiri dari kelompok dewasa sebanyak 13 peserta didik, kelompok remaja 32 peserta didik, dan kelompok anak-anak sebanyak 125 peserta didik. Di sana ada lima orang tutor atau pengajar.

Kelompok dewasa memiliki beragam latar belakang. Ada yang berprofesi pendidik (guru). Misalnya Rino dan Siti Nurhidayati. Juga Didit yang di dalam English Massive berperan sebagai pemain gitar. Kemudian ada juga yang berlatar belakang pedagang, pengusaha dan peternak ikan.
 
"Tujuan utama adalah ingin menguasai bahasa Inggris. Motivasi lainnya tentu berkait dengan profesi. Seperti saya misalnya, sebagai pengajar butuh bahasa Inggris," jelas Rino.

dibaca 290x



Pengen baca lanjutan nya buka link di samping : http://ift.tt/2gXvqaM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Hadapi MEA dengan Mencetak Komunitas Masyarakat Berbahasa Inggris"

Post a Comment

Powered by Blogger.